Belajar Pernak Pernik Budaya dan Kejayaan Kota Makassar

Berkunjung ke Makassar untuk pertama kalinya setelah menyelesaikan studi S3 Manajemen Pendidikan Islam di UIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi. Perjalanan yang menyenangkan, karena bisa sampai ke Kota Makassar, masyarakatnya ramah dan mudah bergaul. Ketika di Makassar tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya, walupun berada di Ujung Pandang, ternyata Kota Makassar adalah Kota Besar di daerah Indonesia bagian Timur, karena lokasi yang strategis menjadi Kota Makassar menjadi pusat perdagangan antar negara, karena Kota Makassar juga bagian dari Kerajaan Majapahit, dimana setiap pelaut berlabuh dan berdagang di Kota Makassar mencari rempah rempah.

Makassar tidak hanya terkenal sebagai pusat perdagangan, tetapi Kota Makassar hidup dengan masyarakat yang heterogen baik dari suku, budaya dan agama. Makassar mayoritas masyarakatnya beragama Islam, di ikuti dengan agama Kristen, Budha/ Tionghoa, tetapi masyaraktnya rukun dan damai, saling menghormati dan menghargai hal ini menjadi budaya masyarakat Makassar, begitu juga suku tidak hanya suku bugis, ada juga buton, jawa, tionghoa, hidup berdampingan. Pengalaman penulis di kota Makassar bisa menikmati coto Makassar, keindahan Pantai Losari, suasana Kota Makassar yang indah dan damai, hal yang sangat menyenangkan bisa berkunjung di Kota Makassar.

Tradisi Masyarakat Makassar

Penulis Kutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Makassar Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Penulis Kutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Makassar Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit. Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar. Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.

Berada di Taman dekat Pantai Losari

Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan disana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.

Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).

Berada di Rumah Adat Masyarakat Kota Makassar

Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya.

Banyak sumber yang bisa menjadi bahan tulisan tentang Kota Makassar yang bisa menjadi bahan pembelajaran, diskusi dan pengalaman literasi yang mengesankan, semoga bisa menjadi bagian dari kejayaan Kota Makassar untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.