Site icon Literasi Kita Indonesia

Literasi Bromo Hingga “Bahas” Geger Tengger Karya Robert W Hefner

Pengalaman mengikuti kegiatan Short Course Community Outreach di Daerah Taman Nasional Gunung Bromo, tepatnya di Desa Wonokitri selama kurang lebih satu bulan pada tahun 2017 bersama teman teman dosen dari perwakilan seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam di Indonesia, mulai dari Aceh, Bengkulu, NTB, Jambi, Lampung, Sulawesi, Solo, Surabaya.

Belajar literasi di Bromo, menyenangkan, karena sebagai dosen yang juga penulis dan peneliti, situasi dan kondisi lokasi penelitian sangat penting, untuk menarasikan setiap apa yang diamati, diwawancarai dan hasil dokumentasi yang diperoleh. Bromo sebagai salah satu Taman Nasional di Indonesia memiliki banyak keunikan dan pelajaran hidupa, hal ini bisa dilihat dari struktur sosial yang ada di Desa Wonokitri salah satu Desa yang berada di dekat wilayah pegunungan Bromo, tradisi adat istiadat masyarakat Hindu yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan asing berkunjung di Desa Wonokitri.

Bersama Sahabat Sahabat SCCOB Desa Wonokitri Gunung Bromo 2017

Kegitan Short Course tidak hanya membahas tentang literasi, banyak juga membahas tentang bagaimana metodologi pengabdian masyarakat yang harus diterapkan dengan baik, ada beberapa metodologi pengabdian masyarakat diantaranya; Participatory Action Research (PAR) yang dibina langsung dari Pusat Pengabdian Masyarakat UIN Sunan Ampel Surabaya begitu juga dengan metodologi ABCD Asset, Based, Community and Development, Community Based Research, Pendekatan Tematik, Pendekatan Integralitik, Pendekatan – Pendekatan lainnya yang bisa di terapkan di masyarakat.

Pengalaman literasi penulis dalam mengikuti Short Course, bahwa setiap apa yang dialami, dokumentasi yang didapat seharusnya langsung di tulis, sehingga ide dan gagasan bisa langsung muncul dengan situasi dan kondisi yang baru terjadi. Ada beberapa tulisan yang dibuat oleh penulis tentang pengalaman dan hasil pembelajaran yang diperoleh ketika mengikuti Short Course di Desa Wonokitri Taman Nasional Gunung Bromo. Mulai dari hasil wawancara bersama masyarakat Desa, data yang diperoleh tentang Desa, beberapa hasil dokumentasi yang bisa menjadi bahan pembelajaran dan diskusi terkait sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan bahkan politik-ekonomi, daya kuasa dan kepentingan di daerah wisata Gunung Bromo yang pernah di ungkap oleh Robert W Hefner tentang Perubahan Sosial dan Perkelahian Politik dari hasil pengamatan dan analisis yang dilakukannya.

Robert W Hefner dengan “Geger Tengger nya”

Robert W Hefner dengan karyanya Geger Tengger menjadi bahan kajian yang fundamen dan ideologis, terhadap apa yang terjadi di daerah Desa Desa sekitar Gunung Bromo, terutama suku suku Tengger yang masih ada, yang menganut agama Hindu dengan tradisi Hindu yang masih kental dilakukan setiap hari, yang menjadi problematika ketika tradisi leluhur yang dijaga dengan baik berubah menjadi kepentingan segelintir orang untuk menguasai lahan yang subur, kaya akan hasil bumi, ramai akan banyaknya pengunjung hanya dinikmati oleh segelintir orang yang memiliki banyak modal yang menggerakkan sistem sosial dan ekonomi di daerah Bromo hal ini menjadi perhatian nasional bahkan internasional, karena Suku Tengger yang ada di Bromo termasuk Suku tertua di Indonesia, karena agama Hindu adalah agama yang pertama masuk di Indonesia, dengan penemuan Kerajaan Kutai, Tarumanegra. Seharusnya suku Tengger menjadi suku yang dilindungi dengan memberikan perlindungan hukum dan pendidikan yang sebaiknya, karena banyak dari suku Tengger hanya tamat SD dan SMP, tetapi yang paling banyak tamat SD dan perkawinan dini. Catatan Pengalaman: Sumarto/ Peserta SCCOB Delegasi dari STAI Ma’arif Jambi/ Founder Yayasan Literasi Kita Indonesia 2017.

Beberapa tulisan tentang Bromo:

Exit mobile version