MODERASI BERAGAMA WUJUD HARI SANTRI

MODERASI BERAGAMA WUJUD HARI SANTRI

HARI SANTRI 22 OKTOBER 2023
“Jihad Santri Jayakan Negeri”

Perkuliahan Studi Moderasi Beragama Mahasiswa IAIN Curup

Moderasi Beragama adalah Cara Pandang kita dalam Beragama menjalankan Agama tidak ektrim kanan dan tidak ekstrim kiri, tidak menjalankan Agama secara berlebih lebihan, seharusnya menjalankan Agama sesuai dengan Syariat dalam Al Qur’an dan Hadits dimana kita menjadi Ummatan Wasathan, menjadi Khoiru Ummah, dimana kita bisa berprilaku Adil, Tegas, Benar dan Bijaksana.

Ummatan Wasathan dalam Al Qur’an Surah Al Baqarah ayat 143 memiliki makna baik atau yang terbaik. Imam al-Qurtubhi memaknai kata wasatha seperti sebuah oase di tengah gurun pasir sehingga dapat dimaknai sebagai khair al-ummah (umat terbaik). Kemudian wasath itu juga bermakna utama atau sesuatu yang amat penting.

Umat yang adil, makna adil di sini adalah kualifikasi keilmuan dan keterpenuhan syarat-syarat seseorang yang berkaitan dengan bagaimana otoritas dia dalam keilmuan dalam hadits, kriteria adil ini jadi syarat seorang perawi. Sehingga bisa juga diartikan ummatan wasathan sebagai orang yang cerdas.

Selain adil dalam kualifikasi keilmuan, juga adil secara hukum yang memiliki arti semua dasar kebijakan berdasarkan aturan-aturan yang legal bukan berlandaskan suka atau tidak suka. Adil itu bukan berarti sama rata sama rasa, tapi adil dalam hukum adalah sesuatu yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Imam al-Thabari dalam tafsirnya, Jami’ al-Bayan fi Takwil al-Qur’an menyebutkan bahwa makna wasathan adalah bagian yang berada di antara dua sisi, yakni pertengahan. Imam al-Thabari, kata ummatan wasathan bermakna umat nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam adalah umat yang moderat dalam beragama, tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan (la gulwun wa la taqshirun).

Haedar Nashir Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan ada empat kriteria menjadi generasi khaira ummah, yaitu pertama, umat yang terbaik adalah orang-orang yang memiliki karakter akhlak karimah yaitu baik, jujur, terpercaya dan menjadi orang yang tau mana yang baik dan buruk. Kedua, khaira ummah adalah umat yang memiliki sifat atau karakter cinta ilmu dan cinta profesi.

Bagaimana agar umat bisa menjadi generasi yang terbiasa dengan tradisi membaca, menulis, berpikir, berani menguasai ilmu hal itulah yang dinamakan Generasi Iqra’. Di kampus sejak awal mahasiswa diharuskan menjadi Generasi Iqra’ dan mengikuti generasi tradisi literasi.

Ketiga orang yang memiliki manfaat dalam kehidupannya. Khairunnas anfaahum linnas, orang terbaik adalah orang yang memberi manfaat bagi orang lain, manfaat bagi kampusnya, manfaat bagi keluarganya, manfaat bagi masyarakat, bagi bangsa dan negara, bahkan kemanusiaan semestinya. Keempat, umat yang terbaik adalah orang yang bermakna di dunia dan di akhirat, berorientasi pada akhirat.

Memaknai Hari Santri 22 Oktober 2023 dengan tema Jihad Santri Jayakan Negeri dengan menerapkan nilai – nilai Moderasi Beragama atau Moderasi Beragama Wujud Santri, Dimana santri memiliki sikap Adil, Tegas, Bermanfaat bagi masyarakat, mencintai Ilmu Pengetahuan, Cerdas, Memiliki Tradisi Literasi dan Berorientasi pada kehidupan akhirat, tentu tidak mudah dalam mewujudkannya, memiliki proses yang panjang, membentuk karakter, bisa dilakukan dengan pendidikan di Pondok Pesantren.

Bagaimana dengan kehidupan Santri di Kampus tentu menjadi tantangan yang besar, dimana Santri harus menjadi Teladan di Kampus dengan karakter yang sudah tertanam sejak pendidikan di Pondok Pesantren, Santri di Kampus harus tampil dengan prestasi, mengajak kebaikan, melahirkan ide gagasan yang inovatif sehingga bisa membawa warna kampus yang indah, damai dan teladan bagi kehidupan sosial di masyarakat sebagai wujud dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kampus IAIN Curup memiliki Visi Moderasi Beragama, tentu dalam perjalanannya tidak mudah, banyak tantangan yang dihadapi mulai dari isu intoleran, Suku, Agama, Ras dan Etnis, pemahaman Ideologi yang cenderung Ekstrim Kanan dan Kiri datang dari internal dan ekstrnal, hal ini harus menjadi diskusi yang sangat penting, bagaimana Ideologi Pancasila dan Nilai – Nilai Moderasi Beragama diterapkan secara Tradisi dan Nilai Kehidupan sehhingga bahaya intoleran dan isu SARA dapat di cegah.

Buku Implementasi Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam yang diterbitkan oleh Kementerian Agama RI menyampaikan hal yang sangat penting kepada kita untuk disampaikan kembali kepada peserta didik kita, mahasiswa kita dan masyarakat kita tentang apa ? Menerapkan nilai – nilai Moderasi Beragama menjadi Teladan yang sudah dilakukan oleh Santri.

Melaksanakan prinsip – prinsip Moderasi Beragama yaitu Tawassuth (mengambil jalan tengah), Tawāzun (berkeseimbangan), I’tidāl (lurus dan tegas), Tasāmuh (toleransi), Musāwah (Egaliter) dan Syurā (musyawarah). Moderasi Beragama dengan memiliki komitmen kebangsaan, anti terhadap kekersaan, bersikap toleran dan ramah terhadap budaya lokal, kearifan budaya lokal yang sudah ada sejak nenek moyang kita.

Menjadi Umat Terbaik (Khairu Ummah) yaitu Kejujuran (ash Shidqu), Keadilan (al’adalah), Terpercaya dan menepati janji (al-amanah wa al-wafa’ bi al-‘ahdi), Istiqamah (sustainability) dan Saling menolong (at-Ta’awun).

Menurut pendapat penulis prinsip moderasi beragama dan indikator Khairu Ummah sangat tepat kita lakukan menjadi karakter, tradisi dan nilai dalam mensikapi problematika yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara saat ini dan yang akan datang seperti problematika ekonomi, sosial, budaya, pemilihan pemimpin, wakil daerah dan lainnya.

Lahirnya mata kuliah Studi Moderasi Beragama ingin menjawab banyak tantangan yang dihadapi masyarakat sekarang ini dengan pengaruh informasi dan teknologi yang begitu cepat harus ada penyaringnya yang tepat, mengatisipasi berita bohong dan isu kekerasan.

Kaum akademik harus tampil ke ruang publik dengan Keteladanan dan Ilmu Pengetahuan yang mencerahkan sehingga masyarakat bisa kembali kepada jalan yang moderat, rukun, damai dan sejahtera, hal ini menjadi visi besar dari Jihad Santri Jayakan Negeri dari keteladan kaum akademik di perguruan tinggi, sehingga kita menjadi Insan Ummatan Wasathan, menjadi Insan Khairu Ummah. (Sumarto Pohan)

Foto : Perkuliahan Studi Moderasi Beragama IAIN Curup

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.