Site icon Literasi Kita Indonesia

Pengorbanan berimplikasi pada kehormatan

Yanuardi Syukur

Manusia adalah makhluk pencari korban. Karena tabiatnya seperti itu maka Tuhan mengarahkan mereka dgn “pengorbanan suci”: berkurban dgn hewan tertentu, bersedekah kepada fuqoro’ dan masakin–fakir-miskin, berpuasa, belajar, hingga melawan hawa nafsu sebagai bentuk pengorbanan agar tidak mengikuti semua kehendak diri.

Pengorbanan berimplikasi pada kehormatan. Lihatlah orang terhormat; nama mereka ditulis dgn tinta emas dan diingat-ingat sejarah sebab karena mereka berkorban. Pengorbanan suci berorientasi akhir pada keteraturan. Itulah kenapa sampai saat ini yg namanya advokasi kemanusiaan tdk pernah mati, karena mereka harus berjuang melawan nafsu manusia yg senang mencari korban. Itulah kenapa kata ‘adil’ jadi penentu, karena manusia–pada kesadaran tertentu–cenderung berlaku tidak adil, tidak takwa, sebagai konsekuensi dari tabiat fujur (dosa) dan takwa yg Tuhan kasih.

Pengorbanan terbaik, pada akhirnya adalah melawan hawa nafsu, karena selain setan astral kita harus bergelut dgn setan diri yg kadang muncul karena egoisme dan nafsu. Setan (atau ‘jiwa kesetanan’) paling sering bikin orang jatuh korban ketika mereka tdk stabil dlm tiga situasi: terlalu senang, terlalu sedih, dan terlalu nafsu.

Exit mobile version