Puasa Ramadhan Bukan Sekedar Kewajiban
Andi “Komunitas Literasi Kita Indonesia – Ma’arif Jambi”
Puasa ramadhan diwajibkan atas setiap kaum muslim yang baligh (dewasa), berakal baligh dan mampu tetapi bukan sekedar kewajiban tetapi kebutuhan untuk jasmani dan psikis setiap manusia supaya bisa menjadi lebih baik dan lebih sehat. Setelah memasuki masa baligh dan banyak mengenal anjuran atau perintah tentang berpuasa maka sedikit bertambah jugalah dorongan godaan yang menghampiri, dan bagi yang lebih paham tentang perintah berpuasa tau segala ilmu dan amalan baiknya baik dari al-qur’an maupun hadits kadang-kadang datang sikap pikiran negatif dalam hati. Karena sewaktu kecil kita tidak pernah berpikir apa yang dipikirkan saat ini, setelah berpikir ke masa lalu barulah kita sadari bahwa semangat puasa dulu ( waktu kecil) dan sekarang jauh berbeda, diwaktu dewasa kita lebih mengerti akan dengan pahala.
Dahulu ketika kecil kita sudah dilatih dan dibiasakan untuk berpuasa biasanya orang tua menyemangati anaknya untuk berpuasa dan diberi imbalan ketika puasanya penuh sebulan, anak kecil akan semangat berpuasa dengan imbalan yang ditawarkan dan bersemangat mengerjakannya tanpa harus tau maksud dan tujuan kadang orang tua juga menjelaskan tentang pahala yang di dapat dalam berpuasa yang terpenting puasa dan bisa menahan makan dan minum, kadang lemes tergeletak terbaring-baring menahan lapar rela duduk di meja makan memandang antara jam dan makanan yang terhidang sebelum masuk waktu berbuka, padahal berpuasa bagi anak kecil yang belum memasuki masa baligh itu belum diwajibkan untuk berpuasa.
Puasa bulan ramadhan adalah dimana bulan puasa yang penuh keberkahan dan pahala bagi yang menjalankan dengan setulus hati dibulan ramadhan juga kita semua mudah meraih pahala segala sesuatu yang dikerjakan dengan niat yang baik akan menghasilkan kebaikan pula agar dalam mensucikan segala hal baik hati, jiwa dan pisik dari penyakit zhohir dan bathin. Setiap insan yang melaksanakan puasa bulan ramadhan dengan keikhlasan lillahita’ala maka setiap yang kerjakan akan bernilai ibadah dan ganjarannya pahala dan begitu pula setiap manusia yang melaksanakan ibadah puasa maka ia tidak akan menikmati manisnya bulan ramadhan tak ubahnya seperti hari-hari biasa maka dari itu banyak para ulama menegaskan kepada kita para kaum musilimin hendaklah memperbanyak melakukan ibadah-ibadah zhohir bukan berarti ketika kita melaksanakkan nya ingin di puji dan sanjung orang akan tetapi melatih diri kita untuk bisa berbuat selain di bulan ramadhan saja samahal nya dengan bulan ramadhan.
Puasa pertama saja kita sudah dilatih untuk menikmati indahnya bulan ramadhan ini banyak seagala aktivitas di non aktipkan, sekolah diliburkan, perusahan dan intansi-intansi lain juga di liburkan supaya kita bisa membiasakan diri untuk membawa jiwa raga kita dalam kenikmatan bulan suci ramadhan agar pisik kita tidak terkejut dengan berubahnya suasana baik makan, minum dan sesuatu yang bisa membatalkan puasa yang sering dilakukan di hari biasa yang tidak bisa dilaksanakan di bulan ramadhan dan ini kita lakukan karena Allah SWT maka ini dilakukan anggota badan kita akan terlatih dan menganggap bulan puasa ini biasa saja tidak membawa dampak buruk pada tubuh kita, seringkali kita temui ketika orang yang berpuasa dihari pertama ia merasakan perubuhannya pada anggota tubuh ada yang lemas, sakit dan ada juga yang tidak kuat menjalankannya.
Di bulan ramadhan ini kita juga di latih dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Hari selanjutnya kita juga dilatih untuk tidak melakukan sesuatu terlalu berlebihan seperti berbuka dan makan di malam hari itu bisa merusak amal ibadah puasa.
Kata imam Al-Habib Abdullah Al-Haddad “ diantara adab-adabnya orang yang berpuasa, hendaknya ia tidak memperbanyak tidur disiang hari dan tidak memperbanyak makan di malam hari. Hendaknya ia bersikap wajar saja akan hal tersebut, sehingga ia tetap merasakan rasa lapar dan dahaga ( disiang harinya karena tidak banyak tidur dan di malam harinya mampu berjaga karena tidak terlalu kenyang). Dengan demikian jiwanya akan bersih, nafsu syahwatnya akan melemah dan hatinya akan bercahaya. Ini rahasia dan tujuan dari ibadah puasa”
dengan mengutip perkataan habib di atas kita ketahui bahwa jangan terlalu berlebihan melaku sesuatu diluar ibadah dan ini bisa merusak amal ibadah puasa, yang kita laksanakan dengan berlaparan jika kita tidur terlalu banyak dan itu bisa mengurangi aktivitas kita beramal disiang hari dan pula jika kita makan terlalu banyak di malam hari berarti kita hanya memindahkan jadwal makan dari siang hari, bulan biasa ke malam hari bulan ramadhan seandainya kita, hari biasa makan nya tiga kali sehari pagi siang dan malam demi menghitung jumlah banyaknya makan di hari biasa takut kelaparan.
Di siang hari pada bulan puasanya rela menghitung jumlah berapa kali mengosumsi makanan atau minuman dihari biasa dan setelah berbuka beraktivitas ibadah seperti sholat magrib setelah selesai sholat magrib berisap-siap untuk solat berjamaah terawih kemasjid ada juga yang seusai solat terawih dan makan kembali dan pada bulan puasa kita makan sama banyak nya dengan hari biasa bahkan melebihan dari hari biasa dan ini jika tersirat dalam hati kita hanya untuk memindahkan jadwal makan baik berbuka maupun sahurnya terpintas saja dalam hati maka rusaklah puasa kita dan tidak ada nilainya ibadah yang kita lakukan, jadi ketika ada yang ingin berpuasa hanya untuk menghitung jumlah makan dihari biasa dan di bandingkan dibulan ramadhan. Kembalilah kepada makna puasa di bulan ramadhan bukan sekedar kewajiban tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap ummat muslim di dunia.
- Diskusi Kearifan Budaya Lokal Kabupaten Rejang Lebong - November 3, 2024
- Evaluasi Program Kerja Komunitas Penggerak Literasi Bengkulu - November 3, 2024
- Muzium Negara Malaysia - November 3, 2024
Leave a Reply