RELIGIOUS HARMONY OF CATHOLIC & MUHAMMADIYAH: LESSONS FROM GANJURAN, YOGYAKARTA

Dr. Phil. Suratno (Jurusan Political Anthropology & Religion (Neue Diskurse zu Staat und Gesellschaft in der Islamischen Welt) di Goethe-Universität Frankfurt) – Dosen Universitas Paramadina Jakrata

Bicara tentang kerukunan-beragama & moderatisme sbnrnya Indonesia jagonya. Tak heran negara kita sering dirujuk jd role-model utk hal itu. Juga diplomasi internasional kita sangat dihargai dan dihormati krn fenomena itu.

Memang ada konflik agama, ekstrimisme dan sektarianisme. Tapi sbenarnya sedikit dan tdk mencerminkan gambaran umum kerukunan dan moderatisme beragama di negara kita. Tentu yg sedikit itu jg mnjdiancaman dan hrs diselesaikan. Tapi kita jg hrs pertahankan yg sdh rukun2 dan moderat itu agar jgn sampai pudar. Tdk hanya mainstream dan mayoritas, tp kerukunan dan moderasi beragama jg kita punya sejarah panjang.

Sy jd inget tahun 2014 dan 2015, saya dan Tim PKUB Kemenag RI riset ttg religious sites and religious harmony. Kita melihat dan menganalisis bnyk sekali kerukunan beragama di bnyk daerah, tergambarkan dari situs2 agama berbeda yg berdampingan dan masy jg hidup berdampingan scr damai. Risetnya seluruh Indonesia tp sy kebagian banten, yogya, jatim, madura, sulut, maluku utara dan gorontalo.

Sy ingat di Yogyakarta kita melihat gereja Ganjuran. Saya dulu slm bbrp hari bolak-balik ke kompleks Gereja & Candi Ganjuran. 15 km Jogja ke arah selatan (Jln Paris/Parang Tritis). Kompleksnya luas & nyaman. Gereja brsejarah yg sdh ada sjk thn 1912.

Dalam gending jawa yg mengalun syahdu, dikompleks itu sy lihat ada romo2 yg sdg brdiskusi, ada pameran foto di pendopo depan (ttg Gereja-Ganjuran : dulu & kini), ada peziarah yg khusyu’ berdoa dicandi (candi diyah maria ibu ganjuran & candi sang maha prabu yesus kristus), ada anak2 berlatih tari dipendopo-utama gereja, ada wisawatan yg cmn liat2 sj dan lain lain.

Selain mngamati, sy sempat ngobrol dgn mrk (dgn bbrp romo, bbrp jemaah Gereja, bbrp peziarah, dan bbrp pengunjung yg sebagian dr mrk byk jg yg Muslimah). Saya mrs senang meski agak lelah.

Saya jg wwcr dgn masyarakat lokal, terutama dgn Pesantren Assyifa Muhammadiyah dibelakang kompleks gereja, dgn takmir masjid paska-bencana yg tdk jauh dr kompleksnya dan bbrp informan lainnya.

Di Pesantren As-syifa Muhammadiyah, wwcr dgn Ustadz Budi Nurastowo pengasuhnya dan bbrp santri. Lokasi pesantren sangat dekat dgn Kompleks Gereja & Candi Ganjuran (sktr 200 mtr-an). Punya MTS & MA Muhammadiyah, jg ada SD-nya. Semua lokasinya brdampingan dgn SD Kanisius, SMA Stella Duce yg msh ada “hubungan” dgn Gereja Ganjuran. Gedung2 itu seakan mjd potret-simbolik kerukunan umat beragama disana.

Ustadz Budi mnjelaskan sjrh berdririnya Pesantren sjk 1996-an. Jg konsernnya dgn pendidikan & dakwah-kultural serta implementasi fastabiqul khoirot (berlomba2 dlm kebaikan) dgn komunitas2 masy yg lain trmasuk dgn komunitas Gereja. Scr umum, sikonnya dari waktu ke waktu terus harmonis. Hal itu bs dijaga krn dialog dan komunikasi antar pihak klo ada masalah.

Ustadz Budi jg punya prsepktif sosio-kultural serta membaur dgn masy Ganjuran, baik yg Muslim maupun non-Muslim. Kerukunan beragama terasa dlm kehidupan sehari2. Klo Pesantren mengadakan pengajian, rumah2 didepannya yg dipagar ada lambing Salib-nya (krn yg punya mmg org2 Katholik), mrk tanpa keberatan menyediakan halaman2nya utk tempat parkir. Jg santri2 bekerja-bakti mmbersihkan lingkungan sekitar pesantren trmsk rumah2nya org Katholik itu.

Tentu sj kdg2 ada friksi jg. Tp umumnya bukan krn soal beda agama, melainkan trkait masalah sosial, ekonomi, politik dll. Biasanya, pihak pemerintah desa dan kecamatan sll bs memediasi shg ketegangan yg kdg muncul tdk berubah mjd konflik. Salute utk Ustadz Budi & pesantrennya. Sy kira benar2 mengimplementasikan “karakter Moehammadijah” sesuai slogannya….

Intinya baik gereja Ganjuran, pesantren Muhammadiyah dan masjid yang berdekatan itu semua saling menghormati dan menghargai. Rumah2 warga disekitar pesantren sering dijadiin tempat parkir klo pesamtren punya hajatan. Santri2 juga bisa kerja bakti bersihkan lingkungan sekitar meski rumah non-Muslim. Gereja ganjuran waktu bencana jg jd tempat mengungsi sementara warga sekitar situ yg Muslim. Semua rukun dan tdk saling curiga. Bnyk lg potret2 kerukunan lainnya di situ.

Mmg sempat ada masalah dikit. Dulu jalan Ganjuran mau dikasih nama tokoh katholik tp warga yg Muslim kurang setuju. Lalu dialog baik2 dan gereja bs menerima alasannya. Pernah jg ormas “radikal” mo bikin “rusuh” di Ganjuran dan kurang disetuju warga situ. Akhirnya atas koordinasi pesantren, tokoh agama dan kepolisian hal itu bs di hindari.

Masalah pasti ada, tp bs diselesaikan. Lbh penting lg semangat kerukunan dan saling menghormati hrs terus di jaga.

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.