Rumah Suku Rejang – Umea Meno’o “Belajar Siwijaya dari Tanah Rejang”

Rumah Suku Rejang – Umea Meno’o yang di dirikan di daerah Kesambe Baru pada Tahun 1901 M atau 1322 Hijiriah oleh seorang Imam bernama Ali Jemun dari Kesambe_ Kemudian rumah ini di wariskan kepada Imam berikutnya yaitu Imam Ali Hanafiah dari Pelabuhan Baru atau Pasar Atas, dan kemudian di lestarikan oleh Ibu Sri Astuti, beliau adalah guru SD yang sangat peduli terhadap perlindungan dan pelestarian alat alat dan budaya Rejang_

Beliau (Ibu Sri Astuti) banyak bercerita tentang bagaimana perjuangan beliau menjaga Umea Meno’o sampai dengan proses rumah Rejang di perbaiki beberapa bagian seperti atap dan dinding, dahulunya rumah Rejang ini bertingkat karena faktor usia, banyak bagian rumah yang rusak sehingga harus di renovasi untuk bisa dipertahankan keberadaannya_

Rumah Rejang berbentuk Rumah Panggung dengan tiang tiang yang kokoh menandakan masyarakat Rejang lihai atau mahir dalam membangun arsitek rumah yang tahan gempa, Rumah Rejang terdiri dari bagian bagian ; Berendo, Dana, Pengio, Ruang Lem, Dopoa dan Ga’ang yaitu mulai dari teras depan, ruangan penyambutan tamu, kamar tidur, dapur hingga bagian belakang rumah setelah dapur_

Tim perjalanan dari LPPM IAIN Curup dan Wakil Rektor 1 IAIN Curup Bapak Dr. Beni Azwar turut berdiskusi dengan Ibu Sri Astuti beserta suami yang menjaga Umea Meno’o Ibu Sri menjelaskan tentang bagaimana sebenarnya Keberadaan Dari Kerajaan Sriwijaya di Tanah Rejang, beliau menyampaikan tentang konsep Mulejijei (maksudnya adalah) makna nya sama dengan Kun faya Kun (Jadi maka Jadilah)_

Begitu juga dengan kerajaan Sriwijaya ada di tanah Rejang dengan berbagai menhir situs rimba yang ditemukan di daerah Lawang Agung (Pintu Agung) daerah Sungai Beliti Ulu.

Raja Sriwijaya yang dikenal dengan nama Depunta Hyan menurut beliau adalah Wali Allah atau Nabi yang di utus oleh Allah untuk memakmurkan bumi, Depunta Hyang berjalan menjalankan kepemimpinan nya dengan prinsip sifat Ilahiah, yaitu kasih sayang, pemaaf, bijaksana, pemberi, perkasa dan sifat lainnya, sehingga kerajaan Sriwijaya tidak melakukan peperangan dalam menyampaikan ajaran ajaran Ketuhanan tetapi dengan sikap yang luhur hal ini bisa dilihat dalam bukti sejarah mendelike di menhir situs rimba yang berada di Lawang Agung berbentuk matahari atau cahaya yang terpancar dari hati bersinar menyinari kebaikan di alam semesta_

Di rumah Rejang atau Umea Meno’o juga banyak barang barang sejarah termasuk tingkat yang digunakan oleh Presiden Ir. Soekarno tongkat yang memiliki senjata apabila tongkat tersebut dibuka. Kemudian beragam Kris dari masyarakat Rejang, alat alat penyimpanan makanan masyarakat Rejang hingga ada salah satu Naskah yang ditulis oleh Muhammad Ali Hamidy Naskah yang dimiliki oleh Ibnu Hajar Kakek dari penjaga Rumah Rejang Umea Meno’o yang berisi tentang Khutbah Nikah, bila dihubungkan dengan tradisi nikah yang ada di masyarakat Rejang_

Pengetahuan manusia hanya setitik atau setes air di lautan yang bisa hilang sekita, bila sejarah hanya setetes kita harus mencari setetes demi setetes untuk menempatkan nya di wadah yang sesuai sehingga bisa menjadi pembelajaran dengan makna yang benar, Masyarakat Rejang memiliki budaya yang kuat adanya aksara kaganga adalah bukti masyarakat Rejang memiliki pengetahuan yang luas, hingga mampu membangun rumah dengan arsitektur yang kuat dan tahan akan gempa, alat alat pertanian dan masak yang digunakan ramah alam tidak merusak alam seperti menggunakan bambu dan bagian pepohonan lainnya, mari kita belajar dari tradisi keilmuan Masyarakat Rejang_ (sumarto)

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.