TOKOH PEREMPUAN HEBAT DUNIA PENDIDIKAN ISLAM
” Salah satu cara untuk memperbaiki nasib serta mengangkat harkat dan martabat kaum wanita itu adalah melalui pendidikan”.
Mengapa pendidikan? karena secara fisik jelas wanita akan kalah kalau adu otot dari pria tapi secara otak belum tentu. Melalui pendidikan kaum wanita dapat menunjukkan kecerdasannya sehingga dapat membangun bangsa yang lebih bermartabat. Kutipan kalimat di awal tadi berasal dari seorang tokoh perempuan yang tidak begitu banyak di ketahui orang bahkan mungkin hampir terlupakan. Khususnya perempuan muslimah tidak banyak memang mengetahui sosoknya yang juga tidak kalah hebatnya memberi inspirasi bagi kaum perempuan terutama dalam bidang pendidikan. Adalah seorang perempuan bernama Rahmah El Yunusiyah, ia adalah pendiri dari sekolah Diniyah Putri yang awal berdirinya di Padang Panjang Sumatera Barat.
Nagari bukit surungan, Padang Panjang adalah kota kelahirannya, Rahmah berasal dari keluarga yang taat beragama. Ayahnya adalah seorang ulama besar yang menjabat sebagai kadi di negeri Pandai Sikat, Padang Panjang. Dia juga seorang haji yang pernah mengenyam pendidikan agama selama empat tahun di Mekkah. Kakak sulungnya, Zainuddin Labay merupakan seorang tokoh pembaharu sistem pendidikan Islam Diniyah School yang didirikan tahun 1915. [1] Yuk, mari kita membahas cita cita hidup sang tokoh perempuan pendidikan Islam Rahmah El yunusiyah dalam memperjuangkan hak kaumnya untuk mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya dan diberikan kesempatan yang sama untuk menerapkan ilmu yang dimilikinya.
Pada masa itu, kolonial Belanda masih menjejakkan kakinya di tempat kelahiran Rahmah namun sekolah sekolah untuk belajar menimba ilmu telah ada, tapi tidak demikian halnya dengan kaum perempuan yang masa itu tidak dapat mengenyam bangku sekolah utk belajar menimba ilmu. Perempuan pada masa itu masih sangat sedikit dapat bersekolah karena paradigma masyarakat melayu waktu itu memandang perempuan hanyalah makhluk kelas dua yang tidak perlu bersekolah tinggi, karena percuma bersekolah jika akhirnya hanya masuk ke dapur juga, ditambah lagi belum adanya sekolah khusus kaum perempuan. Pada era awal kemerdekaan, emansipasi perempuan memang menjadi sesuatu yang penting untuk diperjuangkan. Pada masa ini, hak para perempuan memang sangat dibatasi. Perempuan seolah-olah dipersiapkan hanya untuk menikah dan mengurus rumah. Keterampilan yang wajib mereka miliki terbatas hanya keterampilan memasak, mengurus anak, dan melayani suami. Di sisi lain, para perempuan pada dasarnya juga membutuhkan pendidikan yang tinggi agar tidak selalu bergantung pada orang lain.
Berdasarkan hal tersebut, emansipasi perempuan memang patut diperjuangan. Rahmah menginginkan agar kaum perempuan muslimah sanggup berdiri di atas kaki sendiri serta mampu menjadi ibu pendidik yang terampil dan bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air. Menurut Rahmah, kemajuan dan perbaikan kaum perempuan tidak dapat diserahkan kepada orang lain (laki-laki). Akan tetapi mereka sendiri yang harus melakukannya. Perempuan masa itu sangat pasif dan belum mampu memberikan kontribusi riil bagi kemajuan agama dan bangsanya. Mestinya perempuan memiliki hak belajar dan mengajar yang sama dengan kaum laki-laki. Bahkan dibandingkan laki-laki, perempuan juga mampu memiliki kecerdasan yang tak kalah hebat. Persoalannya, terletak pada akses pendidikan. Jauh sebelum Indonesia merdeka, sistem pendidikan di Nusantara memang masih sangat jauh dari yang diharapkan dan kaum perempuan belum memiliki akses pendidikan yang sama dengan laki-laki.
Dengan pandangan itulah yang mendorong seorang Rahmah mendirikan sekolah Diniyah Putri yaitu sekolah khusus kaum perempuan agar perempuan memperoleh pendidikan yang sesuai dengan fitrah mereka dan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Kesungguhannya untuk mewujudkan gagasannya ia sampaikan kepada abangnya Zainuddin Labay el yunusy yang telah lebih dahulu membangun Diniyah School. Dalam pemikiran Rahmah “jika lelaki bisa, kenapa perempuan tidak bisa. Jika kakaknya bisa kenapa dia sebagai adik tidak bisa.” Maka Rahmah berusaha untuk merealisasikan cita-citanya dalam memajukan kaum wanita melalui pendidikan yang bercorak modern dan berdasarkan prinsip-prinsip agama Islam. Ia sangat menginginkan perempuan mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki dalam memperoleh ilmu pengetahuan. Sebab hanya dengan ilmu pengetahuan itulah perempuan muslimah dapat mengejar ketinggalan dari kaum pria. Semua keinginan dan cita-cita Rahmah el-Yunusiyah untuk memajukan pendidikan kaum perempuan tersebut kemudian dirumuskan menjadi tujuan pendidikan dari Perguruan Diniyah Putri Padang Panjang, yaitu: “Membentuk putri yang berjiwa Islam dan ibu pendidik yang cakap dan aktif serta bertanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah SWT”. Sekolah Diniyah Putri Padang Panjang yang didirikan Rahmah mendapat tempat di hati masyarakat, lulusannya sangat diminati. Tidak hanya di Sumatra dan Jawa bahkan hingga masyarakat Malaysia dan Singapura. Di sekolah Diniyah Putri ini perempuan tidak hanya belajar ilmu pengetahuan saja tetapi juga mendalami wawasan politik, ilmu tentang memasak, pelajaran-pelajaran tentang kewanitaan, menjahit, dan berenang, selaras dengan tujuan pendidikan Diniyah Putri Padang Panjang.
Keberhasilan Rahmah dalam mengelola Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang mendapat apresiasi tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dari luar negeri. Rektor Universitas Al Azhar Mesir, Dr. Syaikh Abdurrahman Taj mengadakan kunjungan ke Perguruan pada tahun 1955. Kemudian beliau mengadopsi sistem pendidikan Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang tersebut ke Universitas Al Azhar yang pada waktu itu belum memiliki pendidikan khusus bagi perempuan. Rahmah El-Yunusiyyah berhasil mewarnai kurikulum Al-Azhar. Atas jasanya tersebut, Rahmah mendapat gelar Syaikhah dari Universitas Al Azhar pada tahun 1957. Beliaulah wanita pertama yang mendapat gelar Syaikhah, prestasi yang sangat membanggakan bagi Rahmah khususnya dan bagi bangsa Indonesia umumnya.
Diniyah putri Padang Panjang yang didirikan oleh Rahmah El yunusiyah dikenal sebagai pesantren putri pertama di Asia yang telah banyak melahirkan Alumnus perempuan hebat, diantara kita mungkin mengenal nama-nama berikut ini: Hajjah Rangkayo Rasuna Said pahlawan nasional Republik Indonesia atau lebih dikenal dengan nama singkatnya Rasuna Said, ada juga Aisyah Amini tokoh politik perempuan Indonesia, Aisyah Ghani tokoh pergerakan perempuan di Malaysia, Emma Yohana senator Sumatera Barat, dan Nurhayati Subakat pengusaha perempuan Indonesia, yang tak lain merupakan beberapa nama alumni Diniyah Putri,” Dalam bukunya Islam dan Adat Minangkabau, Hamka menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaruan Islam di Minangkabau. Dalam sejarah Universitas Al-Azhar, baru Rahmah seoranglah perempuan yang diberi gelar Syekhah. Dalam sejumlah esainya, Azyumardi Azra menyebut perkembangan Islam modern dan pergerakan muslimah di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari nama Rahmah sebagai perintis.[1]
Dalam Undang undang dasar 1945 Pasal 31 ayat (1) berbunyi “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan” ini bermakna pendidikan tidak membeda bedakan laki laki dan perempuan, kecil dan dewasa, muda dan tua. Siapapun layak untuk dapat belajar dan bersekolah. Apalagi di dalam Islam, wanita adalah madrasatul ula bagi anak-anaknya. Sehingga jika ingin melahirkan generasi yang hebat, maka dimulai dari mendidik para wanita dan menjadikannya wanita terdidik. Seorang wanita sekalipun hanya berperan sebagai ibu rumah tangga, tetap memiliki tanggung jawab sosial atas kesejahteraan masyarakat, agama, dan tanah airnya. Tanggung jawab itu dapat diberikan melalui pendidikan, baik di lingkungan keluarga (domestik) maupun di sekolah (publik). Maka penting sekali bagi wanita untuk memperoleh pengetahuan lewat pendidikan yang setinggi tingginya.
Ada riwayat hadist menyebutkan, wanita adalah tiang negara, hancur atau suksesnya negara ada di tangan wanita. Kecerdasan ibu dalam dalam mendidik anak, akan menghasilkan generasi yang cerdas pula. Karena lahirnya ulama besar seperti Imam AL-Ghazali, Imam Nawawi dan Imam Syafi’i tak terlepas dari peranan ibu yang telah mendidik dan membesarkan mereka sehingga menjadikan mereka sebagai generasi terbaik di zamannya. Inilah makna dari menjunjung tinggi kodrat wanita seperti yang diinginkan Syekhah Hajjah Rangkayo Rahmah El Yunusiyah. Bahwa perjuangan Beliau mempunyai nilai hakiki.
Referensi
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Rahmah_El_Yunusiyah
[2] https://id.wikipedia.org/wiki/Rahmah_El_Yunusiyah#cite_note-FOOTNOTEPeringatan_55_Tahun…1978246-26
- ANAK PINTAR ITU ADA WAKTUNYA…. - June 28, 2019
- TOKOH PEREMPUAN HEBAT DUNIA PENDIDIKAN ISLAM - April 20, 2019
- Pentingnya Sikap Empati Pemimpin Dalam Sistem Organisasi - April 5, 2019
Leave a Reply