Menjadi Insan Taqwa “Mereka yang beriman kepada yang Ghaib, mendirikan Sholat, Ber-infaq dan Berinteraksi dengan Al Qur’an”
Sumarto (IAIN Curup)
Bulan suci Ramadhan adalah cara Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk memberikan kesempatan kepada setiap manusia untuk memperbaiki dirinya, keluarganya, masyarakatnya dan negaranya untuk lebih mengerti tentang makna hidup, bahwa hidup hanya sementara, hidup tempat mencari bekal akhirat, hidup untuk memberikan yang terbaik dan hidup untuk menuju tempat yang abadi di akhirat. Kesempatan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah kesempatan yang sangat berharga dimana setiap manusia belum tentu mendapatkannya, kita yang menjadi bagian orang yang mendapatkan Ramadhan harus diperjuangkan dengan melaksanakan segala perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta yang paling penting kita melakukan ibadah-ibadah khusus di bulan Ramadhan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Q.S. Al Baqarah 183). Perintah puasa di bulan Ramadhan untuk setiap orang-orang yang beriman, orang-orang Islam, sebagaimana printah puasa sudah diwajibkan kepada kaum sebelum kita, tujuan akhirnya adalah bagaimana setiap manusia menjadi insan yang taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agar manusia menjadi insan yang lebih baik lagi, dengan puasa menjadikan diri lebih bisa mengontrol diri dari hawa nafsu, menjadikan diri menjadi hakikat dari penciptaanya yaitu insan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tentunya cara menjadi taqwa sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, Qur’an Surat Al Baqarah; 3-5:
Artinya: 3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka. 4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18]. 5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19]. (Q.S. Al Baqarah; 3-5)
Penjelasan:
[13] Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu. [14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi’tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya. [15] Shalat menurut bahasa ‘Arab: doa. menurut istilah syara’ ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu’, memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. [16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain. [17] Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul. [18] Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir. [19] Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.
Menjadi insan taqwa sesuai dengan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala Qur’an Surat Al Baqarah; 3-5, yaitu dengan sholat, di akhirat nanti yang pertama dihisab sebelum amalan lain adalah sholat, karena sholat adalah bukti penghambaan manusia kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena manusia diciptkan ke bumi untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentunya di bulan suci Ramadhan, untuk lebih mengikatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan sholat dengan baik tidak hanya yang fardhu begitu juga dengan sholat yang sunnah. Kemudian dengan ber-infaq kepada yang orang-orang yang membutuhkan, dan kepada kemaslahatan umat Islam, dengan kita memberi menjadi salah satu indicator untuk lebih taqwa, bahwa apa yang dimiliki sebenarnya bukanlah milik kita tetapi ada hak orang lain yang harus kita bantu. Menjadi insan taqwa diantaranya lagi dengan berinteraksi dengan Al Qur’an, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meng-khatamkan Al Qur’an dalam bulan Ramadhan, mulai dari membaca, mempelajari, memahami dan menyampaikan kepada para Sahabat dan umat ketika itu. Karena dengan membaca Al Qur’an, berinteraksi dengan Al Qur’an dapat meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk menjadi taqwa, seharusnya dilakukan, karena manusia adalah insan ibadah, hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, setip manusia Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memberikan kecukupan rezeki, memberikan kelebihan rezeki untuk di infaq-kan, tidak pernah Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kekurangan kepada rezeki setiap manusia, hanya saja manusia tidak pernah merasa cukup dan puas. Sehingga selain cara menjadi taqwa yang sudah dijelaskan dalam Al Qur’an setiap kita juga harus mengetahui ada 5 hal yang menjebak manusia dalam dunia, sehingga jatu ke dalam neraka, diantaranya: 1. Manusia banyak lalai dengan permainan dunia, hidup dengan permainan harta, tahta dan wanita yang dimiliki sehingga lupa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, 2. Manusia banyak mengerjakan pekerjaan yang tidak memiliki manfaat, seperti banyak “kumpul-kumpul, ngobrol-ngobrol” yang tidak ada manfaatnya, apalagi sampai menceritakan kejelekan dan aib orang lain., 3. Manusia larut dalam kesenangan dunia yang sifatnya hanya sementara, dengan hidup penuh gaya yang fatamorgana, gaya hidup mewah dengan rumah mewah, mobil mewah, tanah luas, kebun luas, pakaian mahal sehingga menjadikan diri manusia lupa dengan kesenangan yang abadi, kebahagian yang abadi., 4. Manusia sering berbangga-bangga dengan apa yang milikinya, dengan pekerjaan yang dia dapat, jabatan yang dia dapat, sehingga mengangkat derajat status kemanusiaanya untuk dipuji-dipuji oleh orang lain, padahal hakikatnya adalah setiap pekerjaan dan jabatan yang dimiliki tujuan nya adalah mendapatkan ridho dari Allah Subhanahu wa Ta’ala., 5. Berlomba-lomba mengumpulkan harta, tidak ada habisnya mengumpulkan harta dengan bekerja pagi-siang-malam, sehingga lupa dan tidak pernah beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seharusnya kita berlomba-lomba dalam kebaikan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
Artinya: 148. dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al Baqarah. 148)
Sehingga dengan bulan ramadhan dapat mengingatkan kita, menyadarkan kita, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala sudah memberikan kita kesempatan bertemu dengan Ramadhan, mari kita maksimalkan untuk menjadi insan yang lebih taqwa sesuai dengan tuntunan agama.
- Diskusi Kearifan Budaya Lokal Kabupaten Rejang Lebong - November 3, 2024
- Evaluasi Program Kerja Komunitas Penggerak Literasi Bengkulu - November 3, 2024
- Muzium Negara Malaysia - November 3, 2024
Leave a Reply