Belajar Memanfaatkan Pekarangan Sekitar

Dr. Emmi Kholilah Harahap – Literasiologi Indonesia

Pindah ke Kota Curup memiliki makna tersendiri dalam perjalanan kehidupan, dan mencari keberkahan.
Suhu udara yang sejuk dan curah hujan yang cukup memberikan kemudahan kepada semua orang, termasuk saya sendiri yang memiliki kesenangan menanam tanaman.
Pekarangan yang masih tersisa di sekitar rumah dimanfaatkan untuk menanam berbagai macam tanaman seperti cabe, tomat, daun seledri, daun kucai, daun bawang, pucuk ubi dan tidak ketinggalan pohon strowberi.

Hal ini tidak saja saya lakukan di kota curup ini, ketika masih tinggal di Jambi, saya juga melakukan hal yang sama. Hanya saja hanya beberapa tanaman saja seperti pepaya, pisang, daun katu, daun ubi, dan daun pepaya jepang. Mengingat suhu di jambi cukup panas dan pekarangan rumah yang tidak terlalu luas.

Hal sederhana yang bisa dilakukan semua orang jika memang ingin melakukannya. Hitung hitung sebagai kegiatan olah raga, olah jiwa dan menambah kesibukan agar tidak terkungkung dengan rutinitas yang monoton.

Selain menanam, saya juga belajar untuk mengelola sampah organik rumah tangga dengan cara pengomposan anaerobik. Sangat sederhana, cukup menggali lobang kurang lebih 1/2 meter dibelakang rumah, dan memasukkan sampah organik ke dalam lobang tersebut. Sekitar 2 bulan pupuk organik sudah bisa dimanfaatkan untuk memupuk tanaman. Hal ini juga saya lakukan saat masih dijambi dan alhamdulillah tanaman yang saya tanam bisa tumbuh subur dengan tambahan pupuk organik dari sampah limbah rumah tangga.

Kegiatan sederhana ini sebagai bentuk peduli kita kepada alam. Mengingat banyaknyA jumlah sampah yang berserakan dimana mana. Padahal beberapa sampah masih bisa digunakan, salah satunya ad Limbah organik rumah tangga sebagai pupuk kompos.

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.