Masjid Haji Muhammad Salleh: Niat Membangun Masjid di Negeri Singapura

Kujungan Studi di Singapura bersama sahabat sahabat dari Pascasarjana IAIN Sulthan Thaha Syaifuddin Jambi, tidak sekedar berkunjung, tetapi belajar dari pengalaman kunjungan yang dilakukan. Dan Tidak sekedar melihat The Merlion Singapore Icon, patung singa yang memiliki ekor ikan yang menjadi daya tarik banyak wisatawan dengan pemandangan yang indah di sekitarnya.

Sebelum berjalan lebih jauh tentang Masjid Haji Muhammad Salleh yang mendirikan dan membangun Masjid dengan niat yang kuat agar setiap orang yang datang, bisa menjalankan ibadah sholat di daerah tersebut tepatnya di daerah Jalan Palmer (Palmer Road) Singapura. Yang mana Imam Haji Muhammad Salleh Masjid yang dibangun tersebut juga terletak di bawah makam Habib Noh bin Muhammad Al-Habsyi .

Dikutip dari http://www.nu.or.id/post/read/97817/mengenal-masjid-haji-muhammad-salleh-singapura, disampaikan bahwa Diceritakan dalam buku Lambang Terukir: dalam Mengisahkan Manaqib Habib Noh bin Muhammad Al-Habsyi yang Syahir, Haji Salleh merupakan kerabat dekat Habib Noh. Sebelum sang habib wafat, ia sudah berkeinginan mendirikan tempat ibadah untuk habib melihat intensitasnya beribadah, berkhalwat di bukit tersebut. Namun, hal itu belum terwujud hingga habib wafat.
Tahun 1861, surau itu terbangun berhadapan dengan sebuah kuil (sampai hari ini kuil masih ada). 40 tahun setelahnya, surau dibongkar dan dibangun sebuah masjid, tepatnya pada tahun 1902. Pembangunan ini dilakukan sebagai sarana bagi para peziarah untuk dapat melaksanakan shalat.
“Orang apabila datang berziarah, pengunjung tidak shalat. Jadi Haji Saleh ini bangunkan masjid supaya orang dapat shalat,” kata Haji Sofwan, Imam Masjid Haji Muhammad Salleh, saat penulis bersama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jakarta Pusat Muhammad Ammar usai berziarah pada Ahad (21/10).


Ammar ketika kali pertama melihat arsitektur bangunan masjid tersebut seakan tidak asing. Menurutnya, beberapa sisi bangunan tidak jauh beda dengan bangunan masjid yang ada di Jakarta.
“Ventilasi, atap, sama tiang atau sakanya itu persis kayak masjid-masjid di Jakarta, seperti Masjid Al-Ma’mur Cikini dan Masjid Al-Alam Marunda atau Masjid Si Pitung,” katanya.
Dalam buku yang sama, diceritakan, bahwa Haji Muhammad Salleh adalah seorang saudagar yang berasal dari Betawi. Tak aneh jika arsitektur masjid yang ia bangun tidak jauh berbeda dengan masjid yang ada di Jakarta.
Digusur dan Direnovasi
Masjid yang lokasinya berdekatan dengan laut itu sempat ingin digusur demi pembangunan salah satu pelabuhan tersibuk di dunia itu. Pengurus masjid dan makam pun tak tinggal diam, pasrah begitu saja. Mereka berulang kali melayangkan surat agar pemerintah mengurungkan hal itu dan meminta agar masjid dan makam dirawat. Tapi, permohonan itu seakan angin lalu saja.
Buldoser pun didatangkan guna membongkar bangunan dan meratakannya dengan tanah. Namun, sebelum bergerak, alat berat itu tak berfungsi sama sekali.


Tak putus asa, kontraktor kembali mendatangkan buldoser terbaru. Namun naas, upaya mereka sia-sia belaka. Alat yang sedianya memorak-porandakan bangunan itu justru bernasib sama dengan sebelumnya.
Akhirnya, pembangunan kawasan tersebut disesuaikan, berjarak 10 meter dari kawasan maqam. Makam Habib Noh dan Masjid Haji Muhammad Salleh pun selamat dan sampai sekarang tetap terjaga dengan baik.
Bahkan, masjid ini direnovasi dan diresmikan langsung oleh Yaacob Ibrahim, seorang Menteri Perhubungan dan Penerangan (Komunikasi dan Informasi), Menteri Bertanggung Jawab Bagi Kesalamatan Siber, dan Menteri Bertanggung Jawab Bagi Ehwal Masyarakat Islam pada tanggal 21 Juli 2017 bertepatan dengan 27 Syawal 1438 H.

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.