MENGAJARKAN ANAK MELALUI PERUMPAMAAN._

Sri Kadarsih, Jambi.

Allah menjadikan kehidupan manusia didunia ini untuk berpasang-pasangan, kemudian untuk mendapatkan keturunan. Anak merupakan titipan Allah yang tidak ternilai harganya. Anak adalah permata ayah dan bunda. Seorang ibu rela mengorbankan nyawa sekalipun demi kehidupan seorang anak. Hadirnya buah hati dalam bahtera rumah tangga menambah kebahagiaan yang haqiqi. Kebahagiaan yang tidak tergantikan dengan apapun. Rasa kasih sayang orang tua terhadap anak melebihi besarnya hamparan yang membentang luas di pantai selatan. Tidak ada satupun orang tua yang menginginkan anak menjadi anak yang tidak berguna. Semua orang tua mengharapkan yang terbaik untuk anak. Orang tua yang baik adalah orang tua yang mampu mendidik anak menuju jalan kebaikan. Orang tuapun selalu menginginkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan sempurna pula.

Perkembangan Anak Usia Dini merupakan masa Golden Age atau masa keemasan, karena pada masa ini anak mulai pesat dalam perkembangan dan pertumbuhannya. John Piaget adalah salah satu tokoh Psikologi Kognitif yang juga membahas tentang Golden Age. Menurutnya pada masa inilah anak mengalami perkebangan dengan pesat yakni  pertama, pada usia 0-2 tahun yang berperan aktif adalah psikomotik, artinya anak mulai menggerakkan alat inderanya. Masa psikomotorik ini anak belum mampu membedakan, mengetahui dan memahami. Anak hanya mampu berkembang melalui pergerakan secara fisiknya. Pada masa ini Piaget menyebutnya dengan istilah Egosentris. Kedua, Anak mengalami perkembangan yang pesat pada usia 2-7 tahun yang disebut juga dengan istilah masa Operasional. Masa ini anak sudah mulai berkembangan pemikirannya, kemudian anak juga memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi. Misalnya menanyakan sesuatu yang baru dilihatnya, menanyakan gambar melalui kata-kata yang diungkapkan. Rasa ingin tahu anak yang tinggi akan menimbulkan berbagai macam pertanyaan, dimana kita selaku orang tua harus bisa menjelaskan sesuai dengan kemampuannya berfikir.

Pendidikan pertama yang diberikan oleh Anak Usia Dini adalah pendidikan dari keluarga terutama ibu. Sangatlah tidak rugi bagi ibu atau wanita untuk berpendidikan tinggi, karena kelak akan menjadikan guru bagi anak-anaknya. Seperti pepatah  dalam bahasa Arab yang sering kita dengar bahwa الاُمُّ مَدْرَسَةُ الأُوْلَ “Ibu Adalah Sekolah Pertama” kalimat ini bermakna bahwa pendidikan yang pertama kali diperoleh seorang anak adalah dari ibu. Mulai dari lahir hingga dewasa ibu sangat berperan aktif dan mengikuti perkembangan anak dari masa ke masa.

Berbicara tentang pendidikan tidaklah terlepas dari peran pendidikan yang berkualitas. Orang tua yang juga selaku pendidik sudah selayaknya mengenalkan kepada anak dengan sesuatu hal yang logis atau bisa diterima oleh anak sesuai dengan kebutuhan perkembangannya. Terutama memberikan penjelasan terhadap Anak Usia Dini yang terkadang pertanyaaannya membingungkan untuk di jawab seperti menanyakan sesuatu yang bersifat abstrak. Kita dapat menjelaskan sesuatu yang nyata atau bisa juga suatu perumpamaan.

Al-qur’an mengajarkan kepada kita tentang perumpamaan seperti dalam QS.Al-Baqarah : 265

وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Artinya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.”(QS.Al-Baqarah: 265)

Ayat ini memberikan salah satu contuh perumapamaan bagi orang yang bersedekah memiliki pahala yang berlipat ganda ibarat sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi dan disiram oleh hujan lebat, kemudian kebun tersebut menghasilkan buah yang banyak bahkan bisa sampai dua kali lipatnya. Al-Qur’an adalah salah satu pedoman bagi umat islam di dunia. Begitu pula dengan pendidikan pada anak usia dini kita juga bisa mengenalkan pengetahuan kepada mereka melalui perumpamaan baik itu yang bersifat abstrak maupun nyata.

Seorang anak yang mendengarkan sebuah cerita tentang binatang yang belum pernah dilihat sebelumnya contohnya “buk gajah itu apa ya?”

“Nak gajah itu adalah binatang yang memiliki badan besar, seperti sapi berkaki empat, kita pernahkan lihat sapi di rumah nenek kemaren? dan  gajah itu memiliki belalai. Gajah itu juga binatang yang paling besar diantara binatang lainnya” jawab seorang ibu sambil menunjukkan gambar gajah di buku ceritanya. Hal demikian adalah pertanyaan yang bisa diterima anak secara logis artinya anak sudah bisa memikirkan bagaimana bentuknya.

Bagaimana jika anak bertanya tentang hal yang abstrak? Seperti menanyakan tentang “Allah/Tuhan”

“Buk Tuhan itu ada berapa? Tuhan itu dimana rumahnya?” pertanyaan anak dengan polosnya yang menunjukan rasa ingin tahunya.

“Nak coba lihat keatas ! diatas ada apa?”

“diatas ada langit buk” jawab anak

“dilangit ada apa ya?” pertanyaan ibuk kembali dilontarkan kepada anak

“ada matahari buk”

“okee kalau Lathifah dirumah nenek kemaren kelihatan gak mataharinya?”

“Iya kelihatan”

“Ada berapa mataharinya?”

“Ada satu buk”

 “Allah itu matahari ya buk?”

“Nah coba sekarang Lathifah duduk didepan kipas angin! Apa yang kamu rasakan?”

“kena angin buk” jawab seorang anak perempuan kecil itu.

“Allah itu seperti hamparan langit yang tidak terkira luasnya, seperti matahari yang hanya satu tapi ada dimana-mana dan Allah itu juga seperti angin yang tidak terlihat namun kita bisa merasakannya tapi ingat ya Allah itu bukanlah langit, bukan matahari, dan bukan pula angin”

“Berarti seperti semanis permen lolipop, dan seenak kue coklat ya buk”. Sahut sang anak dengan spontan.

Perbincangan diatas dapat menjadi pelajaran untuk kita sebagai orang tua bahwa mengajarkan anak dengan suatu perumpamaan sehingga dapat menggerakan pola pikir anak, artinya anak dapat mengilustrasikan sendiri dengan penjelasan yang logis. Anak usia dini jika dijelaskan dengan sesuatu yang abstrak maka dia akan merasa bingung dan bertanya-tanya. Cerita ini merupakan pengalaman hidup yang bisa diambil pelajaran untuk kita semua. Perlu kita berhati-hati dalam memberikan penjelasan kepada anak tentang sesuatu. Perhatikan usia anak yang merasa ingin tahu tentang sesuatu, jika dia sudah bisa diajak untuk mengilustrasikan sesuatu yang bersifat abstrak boleh kita sampaikan dengan yang sesungguhnya. Namun jika anak yang bertanya masih belum cukup usianya untuk berfikir abstrak sebaiknya kita sampaikan dengan sesuatu yang logis atau dengan perumpamaan. Terimakasih semoga bermanfaat bagi para pembaca.

Sumarto sumarto

Leave a Reply

Your email address will not be published.