DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP MASA DEPAN PENDIDIKAN._
Fery Setiawan, drg., M. Si, Alumni Program Studi Ilmu Forensik Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.
Indonesia, di tahun 2020 mengalami suatu keadaan pandemi COVID-19 yang berdampak terhadap segala macam sisi kehidupan, dengan salah satu sisi yang akan dibahas pada essay ini adalah dampak pandemi COVID-19 ditinjau dari sisi pendidikan. Pendidikan adalah salah satu syarat yang harus ditempuh oleh semua manusia, untuk mencegah terjadinya kebodohan dan terhindar dari masa depan yang suram. Apalagi dengan digaungkannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), saat ini kita sedang mengalami keadaan perdagangan dan pasar bebas yang menuntut kepandaian dan kepintaran kita sebagai Warga Negara Indonesia.
Sebelumnya, COVID-19 merebak dan menimbulkan keadaan kegawatdaruratan global. COVID-19 merebak di Kota Wuhan, Hubei, di Ibukota China pada malam tahun baru 2020. Hal tersebut diperparah akibat perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh di Bulan Januari 2020 di mana orang-orang menurut adat istiadat diharuskan untuk berkunjung kepada orang lain yang lebih tua (orang tua kandung, sanak famili, dan lainnya). Justru dengan adanya hal tersebut meningkatkan ledakan jumlah penderita COVID-19. Pasien COVID-19 terdiri dari beberapa golongan, yaitu: Orang Dalam Pengawasan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), pasien terkonfirmasi COVID-19, dan Orang Tanpa Gejala (OTG). Salah satu kriteria pasien yang menjadi ketakutan oleh khalayak ramai (dalam hal ini yang menjadi ketakutan oleh peserta didik di lingkungan pendidikan) adalah keberadaan OTG. OTG adalah seseorang yang sebenarnya terinfeksi COVID-19 namun karena daya tahan tubuh yang kuat dan tidak memiliki penyakit kronis (komorbid), maka tampak sebagai orang sehat. OTG sering dikenal dengan istilah carier COVID-19. Keberadaan OTG sangat menakutkan bagi segala bentuk khalayak ramai.
Sejak kasus COVID-19 ditemukan di dunia (termasuk di Indonesia), diberlakukan beberapa keadaan, di antaranya kebijakan lockdown dan untuk Indonesia menggunakan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Secara harfiah, PSBB adalah keadaan pembatasan sosial dalam skala besar sehingga berdampak terhadap secara keseluruhan tempat-tempat yang berhubungan dengan keramaian, yang salah satunya adalah sekolah. Sekolah yang semula ramai dikunjungi, apalagi di bulan Juli 2020 adalah tahun baru pertama untuk siswa-siswi baik di kalangan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), bahkan mahasiswa-mahasiswi di lingkungan kampus, menjadi sepi. Kegiatan belajar mengajar juga dialihkan yang semula dalam bentuk kegiatan belajar secara langsung (face to face) menjadi kegiatan belajar mengajar versi daring (online).
Hal tersebut untuk menjaga interaksi langsung antara manusia satu dengan lain (dalam hal ini interaksi antara guru dan siswa-siswi, siswa-siswi satu dengan siswa-siswi lainnya) yang justru dapat mengakibatkan ledakan peningkatan pasien COVID-19. Proses pembelajaran yang semula dari sekolah kemudian dialihkan menjadi proses pembelajaran daring (online) pasti secara langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan efek positif maupun efek negatif. Efek positif yang ditimbulkan yakni anak lebih dekat dalam pantauan oleh orang tua, sehingga anak didik menjadi lebih merasa safe sebab selalu dalam pantauan oleh orang tua dan juga kebutuhan anak selama 24 jam akan terpenuhi dibandingkan dengan ketika anak harus sekolah secara face to face di mana terdapat beberapa jam yang menyebabkan anak harus meninggalkan rumah.
Efek negatif yang ditimbulkan yakni salah satunya adalah terkait dengan kebutuhan internet dan kebutuhan teknologi. Hal tersebut mungkin bersifat memberatkan bagi orang tua yang dalam hal penghasilannya pas-pas an. Selain itu, efek negatif yang dapat timbul adalah bagaimapaun secanggih-canggihnya sekolah dengan konsep virtual atau daring tidak akan pernah dapat mengalahkan konsep sekolah dengan teknik pendekatan face to face sebab dengan penerapan teknik sekolah virtual ada kalanya orang tua tidak memahami akan kesulitan yang dialami oleh anak selama proses pendidikan sekolah virtual.
Selain itu, guru juga tidak akan dapat maksimal di dalam memberikan pengajaran kepada murid-muridnya sebab pelajaran hanya disampaikan secara garis besar dan secara ringkas dan selebihnya murid diminta untuk lebih aktif di dalam menggali pelajaran.
Kesimpulan yang dapat diambil dari dampak Pandemi COVID-19 terhadap kemajuan masa depan Indonesia adalah pendidikan yang baik adalah pendidikan yang bersifat face to face antara guru dan siswa-siswinya karena secanggih apapun sekolah virtual yang dilakukan tidak akan dapat pernah mengalahkan pendidikan yang bersifat face to face karena di dalam sekolah virtual terdapat beberapa kendala yang mungkin dapat dihadapi oleh para peserta ajar yang tidak dapat diatasi oleh orang tua siswa-siswi.
Sumber Gambar : https://www.liputan6.com/health/read/4354637/struktur-virus-sars-cov-2-sebagai-penyebab-covid-19
- P-ADRI BENGKULU DAN LITERASI KITA INDONESIA SIAP TERBITKAN BUKU TECNOLOGY BASED HIGHER EDUCATION FOR CULTURAL ADVANCEMENT - November 17, 2024
- TBM TASIK MALAYA CURUP HADIRKAN BUKU ANTOLOGI REFLEKSI KEHIDUPAN MERAIH HARAPAN - November 17, 2024
- JURNAL PENDIDIKAN GURU - November 17, 2024
Leave a Reply