PENDIDIK PROFIT ORIENTED VERSUS PENDIDIK VALUE ORIENTED DI LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA
Pendidik merupakan sebutan yang diberikan kepada individu yang memiliki profesi sebagai seorang pendidik baik ditingkat pendidikan dasar, menengah, tinggi maupun non formal. Pendidik adalah individu yang seharusnya memiliki karakter seorang pendidik. Berdasarkan istilahnya pendidik memiliki makna individu yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan, membimbing, dan bertanggungjawab dalam mengajarkan nilai-nilai kebaikan, atau dapat kita asumsikan bahwa pendidik adalah individu yang memiliki ilmu dan karakter yang mulia dan mengajarkan ilmu dan nilai-nilai kemuliaan tersebut kepada orang lain. Dalam pandangan Islam, menjadi pendidik adalah suatu kemuliaan, karena Allah SWT akan meninggikan derajat individu tersebut.
Pendidik pada lembaga pendidikan di bawah naungan pemerintah, atau berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN), profit yang diperoleh telah pasti dan cendrung stabil serta jelas keuntungan-keuntungan yang diperoleh. Sementara, pada lembaga pendidikan swasta, profit tersebut tergantung pada dana dan kebijakan yayasan yang menaungi, semakin kuat dana yayasan tersebut maka semakin banyak profit tenaga pendidik dalam lingkungan kerjanya.
Kemuliaan seorang pendidik dapat dilihat ketika seorang pendidik tersebut mampu mengemban kewajiban dan tugas yang dilimpahkan kepada dirinya secara jujur dan bertanggungjawab terutama dalam proses kegiatan pembelajaran dan tujuan pembelajaran tersebut. Menjadi tenaga pendidik di lembaga pendidikan swasta, merupakan sebuah pilihan dan keputusan yang dibuat secara sadar tanpa paksaan siapapun. Maka, sudah seharusnya memiliki karakter seorang pendidik.
Namun, dalam realitanya, atau berdasarkan pengalaman kita masih banyak pendidik yang bukan seorang pendidik. Misalnya, hanya mau melakukan sesuatu karena ada dorongan profit, atau jika profitnya sedikit hanya melakukan tugas dan kewajibannya seadanya. Pendidik seperti ini penulis sebut dengan istilah profit oriented. Profit oriented adalah pendidik yang segala sesuatunya dalam menjalankan kewajiban dan tugasnya sebagai pendidik berdasarkan pemikiran “gajinya…berapa ya?, kalau jadi pendidik disana….dapat apa ya?, ngajar satu kelas berapa duitnya ya….dan banyak lagi pemikiran-pemikiran lain yang bersifat profit oriented”. Penulis tidak menyangkal bahwa sebagai individu yang memiliki kebutuhan hidup, seorang pendidik harus mempertimbangkan segala sesuatu dengan tepat sesuai dengan kebutuhan personalnya sebagai manusia. Namun, ketika individu telah membuat keputusan tersebut, sudah sepatutnya bertanggungjawab dengan keputusan yang telah ditetapkan. Hal ini bermakna, ketika individu telah memutuskan untuk terlibat dalam dunia pendidikan, dan mengetahui konsekuensi dari keputusan seharusnya bertanggungjawab dan menjalani tugas dan kewajibannya mendidik secara optimal.
Pendidik profit oriented, memulai aktivitasnya dalam mendidik dengan berdasarkan keuntungan, dia akan semangat melaksanakan kegiatan pembelajaran jika profitnya dianggap besar dan sebaliknya. Pendidik seperti ini dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut:
- berorientasi pada ketercapaian tatap muka;
- tidak mempersiapkan perangkat pembelajaran secara benar/lengkap (alasannya bisa dikarenakan, gajinya sedikit…sudah untung masuk…dan komentar lainnya yang membuat karakter dirinya sebagai pendidik hilang), tenaga pendidik yang berpikiran seperti ini dalam kegiatan pembelajarannya hanya ala kadarnya akibat kejar setoran.;
- kurang tanggungjawab, yaitu terlihat dari waktu masuk dan keluar ruang kelas.Pendidik profit oriented masuk kelas dengan memperlambat kedatangan, dan cepat keluar kelas sehingga proses pemeblajaran tidak maksimal;
- berorientasi pada pikiran “semakin banyak kelas yang diajar semakin banyak pendapatannya” ; sehingga berakibat pada pengabaian memperhatikan keterbatasan dirinya sebagai individu, Sebagai contoh, dosen tanpa jabatan struktural menuut peraturan terkait beban kerja dosen adalah maksimal 16 SKS. Dengan beban mengajar 16 SKS itu sudah membuat dosen tersebut tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan dosen lainnya.
- menggunakan power artinya jika individu tersebut memiliki kekuasaan pada lembaganya maka ia akan memprioritaskan dirinya untuk mendapatkan profit tersebut, hal ini berakibat terjadinya ketidakadilan diantara sesama mereka, serta menimbulkan kecemburuan antar satu dengan lain. Hal ini sangat berdampak pada ketidakn stabilan lembaga dan budaya lembaga yang tidak sehat.
- dan lain sebagainya.
Bertolak belakang dengan pendidik profit oriented, pendidik value oriented, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Berorientasi pada proses dan tujuan pembelajaran.
- Bertanggungjawab penuh terhadap proses pembelajaran, baik dari segi perangkat maupun dalam proses;
- Masuk dan Keluar ruang kelas sesuai dengan waktu yang telah disepakati;
- Memperhitungkan kemampuan diri dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebelum memutuskan menerima tugas tersebut;
- Kreatif dan innovatif dan dapat menciptakan suasana belajar yang menarik;
- Jika memiliki power, maka akan membangun budaya lembaga pendidikan yang sehat dan kompetitif dan kestabilan serta memajukan kualitas lembaganya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa, karakter pendidik profit oriented dan value oriented merupakan karakter yang saling berlawanan satu sama lain yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil, baik hasil kegiatan pembelajaran, maupun pada kemajuan organisasi. Pada akhirnya, pendidik yang bagaimanakah kita? ……. profit oriented atau value oriented……? Jika kita adalah pendidik yang value oriented maka bersyukurlah…..karena itulah sejatinya seorang pendidik.
- Bagian dari Struktur Budaya dalam Organisasi Dapatkah di ubah? - July 30, 2019
- PENDIDIK PROFIT ORIENTED VERSUS PENDIDIK VALUE ORIENTED DI LEMBAGA PENDIDIKAN SWASTA - April 24, 2019
- MANAGEMENT TO BE A SUCCESSFUL LEARNER IN ACADEMIC - April 7, 2019
Leave a Reply