Surat Tuhan untuk Manusia

Parluhutan Siregar

Setelah melalui proses demokratisasi yang panjang, akhirnya manusia dipilih menjadi khalifah dimuka bumi (Q.S al-Baqarah: 30).

Pendaulatan manusia sebagai wakil Allah bukan tanpa alasan, melainkan manusia memang dianggap memiliki potensi dan kapasitas lebih dibanding makhluk lain, sehingga memungkinkan ia dapat mengemban tugas berat tersebut.

Secara garis besar ada dua tugas yang harus dijalankankan manusia. Pertama, sebagai khalifah (wakil) Allah di bumi (inni ja’il fil ardli khalifah) dalam menjalankan misi ketuhanan untuk memakmurkan kehidupan dengan segala aspeknya. Dengan kedudukan ini manusia dituntut untuk mengambangkan segala potensi yang dimilikinya, agar dia dapat menjadi agent perubahan di masyarakat, agama dan bangsanya.

Manusia juga dituntut agar mengelola kehidupan di bumi sesuai dengan Ketuhanan-Nya Yang Maha Rahman (penuh simpati) dan Maha Rahim (penuh empati) demi mewujudkan kebaikan nyata sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Dalam perspektif sosial-budaya, mengelola kehidupan untuk mewujudkan kebaikan nyata hanya bisa dilakukakan dengan menciptakan dan mengembangkan sistem pengetahuan yang terintegrasi, sistem sosial yang adil (menghargai perbedaan) dan sistem budaya (merawat keberagaman).

Kalau begitu manusia harus menciptakan dan mengembangkan ketiga sistem ini supaya dia berhasil menjadi wakil Allah di bumi. Tanpa itu kita akan menjadi wakil yang gagal. Kedua, sebagai hamba Allah (Q.S. adz-Dzariyat (51): 56 ) yang sadar bahwa segala hidupnya hanya diperuntukkan bagi Allah. Dengan keyakinan ini manusia diajak agar ia merdeka dari segala macam bentuk pengabdian kepada selain Allah.

Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah kepunyaan Allah, Tuhan semesta alam, yang tiada satu pun sekutu bagi-Nya. Dengan semua itulah aku diperintahkan dan aku adalah termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Penegasan ini menunjukkan bahwa mengabdi kepada Allah merupakan tujuan penciptaan manusia dan menjadi alasan keberadaannya di bumi. Dia mengabdi dengan kedudukan yang terhormat, yakni sebagai khalifah.

Karena khalifah merupakan kedudukan dalam pengabdian, maka mewujudkan sistem kehidupan yang adil dan makmur melalui pengembangan pengetahuan, sosial, budaya tersebut berarti menjadi bukti pengabdiannya kepada Allah. Apabila kita tidak melakukannya, maka kita tidak mengabdi kepada-Nya dan tujuan penciptaan tidak tercapai sehingga keberadaan kita di bumi menjadi sia-sia.

Sumber Gambar : https://islam.nu.or.id/

Follow me

Leave a Reply

Your email address will not be published.